Posted by : Unknown Sunday 13 October 2013

Author : Yuki Alice
Tema : Merahnya Momiji di Kyoto
Genre : Angst, Mystery, Drama
Rating : T
Judul : Hime no Momiji
Fandom : Kamisama no Inai Nichiyoubi
DISCLAIMER:
Kaminai ©Irie, Kimihito


"Ah… menyenangkan bukan? Apa kamu tahu apa yang sedang tertawa dalam kegelapan?"

 "Jangan pergi… bersamalah denganku! Bersatu dalam satu tubuh, satu darah."

Rasanya bercampur aduk, aku kedinginan dalam kehangatanmu... darahmu....
_..._..._
Normal POV
"Berita pagi ini, Alis Color  seorang petugas pegiriman barang dari Perusahaan XX ditemukan dalam keadaan mengenaskan."

Membosankan, setiap pagi beritanya selalu seperti ini. Lama-lama kota ini akan habis! Kita akan kelaparan! Carilah!

"!" aku kaget, bisikan ini menghatuiku. Siapa? Bukan.. lebih tepatnya, apa!? Apa yang ada ditubuhku?

Boleh aku keluar? Aku mulai kelaparan!

Terdengar lagi bisikan itu, bahkan semakin sering aku mendengarnya. Membuatku takut pada apa yang ada didalam diriku.

Hampir setiap hari tayangan di TV berkisar tentang pembunuhan terus-menerus, begitu pun di koran entah kenapa tempat ini sekarang seperti menjadi sarang pembunuhan.

“Hime-sama!”

“!”

Lamunanku buyar saat suara yang amat ku kenal memanggilku. Kualihkan pandanganku ke arah suara itu. Sesosok pemuda yang amat kukenal.

“Kiriko?”

“Habiskan makananmu, nanti keburu dingin.”

“Hm baiklah… dan tolong panggil aku Ulla saja.”

Aku melanjutkan acara makanku yang tertunda karena terlalu fokus dengan berita pagi ini. Kiriko yang selalu melayaniku hanya menungguku sampai menyelesaikan makanan. Dia tetap diam tanpa banyak bicara.

“Goschisousamadeshita.”

Saat aku beranjak dari tempat dudukku, kulihat ada sesuatu yang sepertinya disembunyikan oleh Kiriko dariku. Walau aku tahu, mereka yang ada disekelilingku pasti selalu menyembunyikan sesuatu tentangku.

Kulangkahkan kakiku kehalaman belakang kuil, daun-daun pohon momiji sudah mulai memerah…, merah seperti warna darah begitu cantik dan menawan.

Bukankah warna itu membuatmu begitu lapar juga?

“!” lagi-lagi bisakan itu, sebenarnya apa yang ada didalam diriku? Lapar! Entah kenapa aku merasa lapar! Tenggorokanku terasa kering!

“Ulla!!”

Tatapanku mulai samar-samar saat Kiriko datang mendekatiku, rasa lapar ini membuat kepalaku sangat sakit dan berat. Entah apa yang terjadi selanjutnya kesadaranku telah hilang begitu saja.
_..._..._
Normal POV

“Darah… aku mau darah…”

“Tapi kau baru saja membunuh seseorang semalam…”

“Aku lapar! Berikan aku mangsa lagi!!”

“Bisakah kau menahannya? Sampai malam tiba?”

Tangan Kiriko mengelus lembut pipi Ulla, ditatapnya dalam-dalam seseorang yang menguasai tubuh Ulla. Perasaan bersalah menyelimuti hati Kiriko, dia tau hal ini salah besar karena menggunakan tubuh Ulla sebagai wadah namun semua itu sudah terlambat bila ingin mengulangannya lagi.

“Aku sudah tidak bisa menahanya lagi!”

Ulla mulai berontak dan mencoba kabur dari Kiriko, Kiriko yang berusaha agar Ulla atau lebih tepatnya sesuatu yang ada didalam tubuh Ulla tidak keluar dari lingkungan kuil dan membuat kekacauan di Kyoto saat siang hari menahannya.

“Kumohon… bersabarlah sebentar lagi…”

Ulla hanya diam dan menatap Kiriko dalam-dalam meyakinkan dirinya agar Kiriko tidak akan menipunya lagi, agar dia tanpa harus kabur secara sembunyi-sembunyi untuk mencari makanannya.

“Baiklah. Tapi bila kau menipuku lagi, tubuh ini akan ku buat menderita.”

“A…aku mengerti .”

Saat itu juga kesadaran Ulla hilang kembali, dia tertidur dengan tenangnya bagaikan tidak memikul beban yang berat. Kiriko menatap tubuh Ulla yang bersandar di dadanya, dibawanya tubuh gadis itu ke kamarnya.

“Maafkan aku Ulla… aku tidak dapat melindungimu.”

Ucapan Kiriko begitu pelan, seakan ia tak ingin didengar oleh siapapun.
_..._..._

Normal POV
Langit senja yang berwarna merah membuat daun-daun momiji menjadi semakin indah, namun di sisi lain keindahan itu terlihat menyeramkan. Bagaikan lautan darah yang menghiasi Kyoto. Angin malam mulai terasa menyengat, hari demi hari hawa musim dingin semakin dekat dan semakin banyak juga daun-daun momiji yang berguguran.

“Sudah waktunya…”

Ulla terbangun dari tidurnya, namun bukan itu Ulla yang sesungguhnya melainkan iblis yang bersemayam dalam tubuhnya. ‘Chi’ yang ditulis dengan kanji ‘darah’. Mungkin itu adalah nama yang cocok untuk iblis itu dan suasana musim gugur di Kyoto yang bagaikan darah.

Kiriko yang mengetahui kalau Chi akan bangun telah berada di sampingnya sejak tadi dan akan membantunya keluar dari Kuil. Dengan jubah hitam yang dipakai Chi agar wajah Ulla tidak dikehatui orang-orang memudahkan Kiriko yang mencoba untuk membebaskannya.

“Kumohon… kembalilah secepatnya.”

Chi hanya memperihatkan senyuman liciknya dan pergi begitu saja.
_..._..._
Normal POV
Suasana malam di Kyoto sangatlah indah, kota ini tidak kalah dengan Tokyo yang padat setiap harinya. Banyak wisatawan yang masih berkeliling di Kyoto bahkan daerah wisata Kyoto yang jauh dari kerumunan dan hal ini membuat Chi semakin senang begitu banyak makanan untuknya, begitu banyak darah yang bisa ia nikmati untuk malam ini.

Kuil Gion sangatlah indah pada malam hari, lampion-lampion yang menghiasinya menyala dikegelapan malam. Walau tidak begitu banyak pengunjung namun cukup untuk melampiaskan hasrat Chi.

Saat seorang pria yang berpencar dari kerumunan kelompoknya guna mencari tempat untuk panggilan alamnya membuat Chi terpancing untuk mendekatinya. Saat pria itu semakin jauh dari kerumunan orang-orang Chi tersenyum, semakin mudah saja baginya untuk membunuh pria malang itu.

“Ahh… harus cepat-cepat!” ucap pria itu.

“Hehehe~”

“Apa itu!?”

Dengan perasaan takut sebisa mungkin dia mempercepat apa yang dilakukannya, namun Chi sudah berada dibelakang pria itu.

“Onii-chan… jangan nodai pohon Momiji…”

Wusshhh….

Hembusan angin yang kencang dalam kesunyian, darah sudah bercecer begitu saja dijubah Chi dan ditanah dekat pohon Momiji yang menjadi saksi bisu pembunuhan tersebut. Senyuman licik menghiasi wajah Ulla yang penuh penderitaan karna menjadi wajah Chi.

“Kurang… masih kurang… aku ingin lebih banyak lagi darah untukku…”

Malam yang dihiasi bulan purnama menjadi malam yang amat panjang, pembunuhan berantai yang dilakukan Chi sudah sangat banyak. Daun-daun Momiji yang berguguran seperti mempertandakan berapa banyak jumlah nyawa yang telah dikorbankan untuk Chi.

Malam semakin larut, dan lautan darah yang menghiasi hutan momijipun semakin meluas. Mayat-mayat semakin banyak berjatuhan dengan luka yang berbeda-beda. Namun semuanya memiliki sebuah kesamaan. Amat mengenaskan. Tubuh Chi yang sudah berbandikan darah membuatnya menikmati semua ini dan tidak mau berhenti.

“Ulla!”

Dari kejauhan terlihat Kiriko berlari tergesa-gesa saat melihat banyak mayat yang ada di hutan momiji. Chi yang melihat Kiriko hanya berdecak kesal dan membiarkan Ulla kembali mengambil alih tubuhnya. Saat Ulla kembali mengendalikan dirinya, dia pingsan begitu saja. Begitu banyak energi yang telah diambil oleh Chi, dengan sigapnya Kiriko langsung menangkap tubuh Ulla yang lemah tak berdaya.

“Maafkan aku Ulla.”

“Engg… Kiriko?  A…apa yang… terjadi?”

Kesadaran Ulla mulai terbentuk sedikit demi sedikit, dilihat sekelilingnya dengan samar-samar. Pemandangan yang mengerikan membuatnya takut, begitu juga tercium bau amis darah pada tubuhnya.

“Kiriko… apa yang sebenarnya terjadi?”

Kiriko hanya bisa diam, tidak dapat menjawab pertanyaan Ulla. Dibawanya Ulla pulang ke kuil dan berusaha menenangkan Ulla yang masih syok akan kejadian yang baru saja dilihatnya. Sesampainya dikuil Ulla langsung membersihkan dirinya begitu pun dengan Kiriko.

Malam yang semakin larut membuat Ulla tertidur setelah semua hal yang terjadi, dia masih bertanya-tanya tentang apa yang ada didalam dirinya. Semua orang pasti akan terus menutupi hal itu walau dia sudah mengetahui hal itu secara tidak langsung. Tanpa kepastian yang pasti dia telah menjadi pembunuh yang amat keji.
_..._..._
Normal POV
“Berita pagi ini telah ditemukan mayat-mayat di daerah Kuil Gion, mayat-mayat ini ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Tidak ada yang tau siapa dalang di balik pembunuhan berantai ini dan apa motif dari sang pembunuh, polisi masih masih menyelidiki kasus ini.”

Setiap pagi pasti akan ada berita tentang kita… ayo kita pergi dari tempat ini! Tempat ini akan habis! Kita akan kelaparan disini! Cepatlah!

‘Lagi-lagi bisikan itu, apakah aku tidak dapat menghentikannya!? Ku mohon siapa saja hentikan ini!!’

Kenapa kau begitu menderita? Seharusnya kau senang karna menjadi wadahku hahahaha!

“Hentikan… kumohon hentikan…”

Ulla berjuang keras agar dirinya tidak dikuasai lagi oleh Chi yang terus menerus bertambah kuat dan membuat tubuh Ulla semakin lemah untuk menahan beban dari kekuatan Chi. Ia hanya bisa menahan rasa sakit yang selalu menyiksanya, setiap kali Chi membunuh dan mendapatkan darah setiap kali itu juga kekuatannya bertambah.

“Hentikan… aku sudah tidak kuat…”

Ulla terus menerus menangis dan berharap semua ini selesai, di dalam pikirannya terus timbul pertanyaan yang tidak ada jawabannya, hanya dapat terus bertanya-tanya dalam kebingunan dan ketakutan akan apa yang ada di dalam dirinya.

Menyenangkan bukan? Saat dirimu tersiksa atau orang lain tersiksa? Bukankah itu indah?

Dalam kesunyian ruang makan di pondok kuil, tidak ada yang dapat membantu Ulla seakan semua telah terencana untuk tidak mendekatinya pada saat-saat seperti ini, mungkin julukan ‘Idol of Murder’ memang cocok untuknya. Dari memiliki kekuatan untuk membunuh sampai menjadi wadah dari dalang pembunuhan berantai yang terus terjadi.

Ulla Eulesse Hecmatika atau yang kita kenal sebagai Idol of Murder yang terlihat bukanlah seorang pembunuh, namun seseorang yang akan dibunuh oleh mahluk yang bersarang ditubuhnya.

“Ki…Kiriko….”

Ulla memanggil Kiriko dengan suara yang amat pelan, bahkan mungkin tidak akan terdengar oleh siapa pun, ditahannya sakit yang ada dikepalanya sambil berjalan mencari Kiriko. Bisikan itu terus menghantui pikiran Ulla, seberapa pun usaha Ulla untuk tidak mempedulikannya tapi bisikan itu terus saja membuat Ulla ketakutan.

Kenapa takut? Bukankah kau yang minta untuk bersatu denganku?

‘Apa!? Apa maksud dari bisikan itu? Walau aku tau kadang aku merasakan kedinginan dalam kehangatan yang sudah lama aku rindukan…’ tanya Ulla dalam hati.

“Ulla!!”

Kiriko mempercepat langkahnya mendekati gadis yang entah kenapa berjalan tanpa tentu arah dilorong Kuil, dan dengan sigap langsung menangkap tangan gadis itu agar dia berhenti.

Ulla menoleh kearahnya dengan tatapan kosong, semua pikiran dan kekuatannya telah dikuasai oleh Chi tapi dia sudah tidak menolak itu lagi bahkan dia sudah pasrah olehnya. Gadis itu merasa nyaman saat dia menguasai tubuhnya tanpa harus ada perlawanan. Mungkin inilah kenapa mereka bersatu dalam satu jiwa dan satu darah.

“Ulla! Sadarlah!!”

Gadis itu hanya dapat diam untuk menanggapi ucapan Kiriko, senyuman tipis dia tunjukan pada pemuda itu agar dia tau Ulla baik-baik saja dengan semua ini dan dia telah terima menjadi wadah Chi.

‘Aku tau, aku salah… membiarkan Chi merebut tubuhku, jiwaku, dan energiku… Namun dia begitu kuat, aku sudah tidak dapat menahan kekuatannya lagi.’

“Aku pasti akan menyelamatkanmu Ulla!!”

Air mata gadis itu keluar begitu saja saat melihat tekad Kiriko yang kuat.

‘Kenapa aku mudah menyerah begitu saja? Bukankah Kiriko akan menyelamatkanku? Tapi kenapa aku tiba-tiba merasa bersalah dengan Chi? Apa yang sebenarnya telah aku lewatkan?’
_..._..._
Normal POV

“Kalau begini terus nama kuil kita bisa tercemar!”

“Memang benar. Sebaiknya kita tidak usah membantu mereka dari awal.”

“Tapi anehnya saat kekuatan Ulla telah disegel, semakin banyak korban berjatuhan.”

“Sepertinya memang harus kita lalukan cara itu.”

“Apa maksud kalian?”

Saat para Pendeta berdiskusi, tanpa sengaja Kiriko mendengar obrolan mereka dengan tatapan bingung, kesal dan tidak percaya. Padahal Kiriko percaya dengan para pendeta yang akan membantu mereka tapi kenyataannya apa yang akan mereka lakukan pada Ulla?

“Hah, sepertinya kau memang harus tau…”

“Sesuatu yang berada didalam tubuh Ulla lah yang menekan kekuatan Ulla. Namun, kekuatan Ulla terlalu besar dan membuatnya tetap terus ingin membunuh walau bukan dengan cara awalnya.”

“Dan cara satu-satunya hanya dengan membunuh Ulla”

Mimik wajah Kiriko berubah dratis saat mengetahui apa yang akan mereka lakukan pada Ulla. Kenapa harus dengan cara itu? Apa tidak ada cara yang lain?

“Ke… kenapa harus membunuh Ulla?”

“Tidak ada cara lain, selain membunuh wadahnya.”

Kiriko diam dan mencerna semua ucapan para pendeta, apa dia tidak akan bisa menepati janjinya ke Ulla untuk menyelamatkannya? Dan melindunginya lagi? Perasaan Kiriko bercampur menjadi satu dalam memutuskan semua keputusan ini.
_..._..._
Normal POV
Disisi lain tanpa sengaja Ulla mendengar pembicaraan itu, diam membisu dalam kepastian yang menakutkan. Kenyataan yang kejam namun hanya itu yang hanya bisa dia lakukan, namun pikirannya masih dipenuhi oleh tanda tanya besar. Benar-benar buntu… tidak ada jalan keluar yang lain.

“Apa ini karma dari semuanya?”

Tatapan Ulla lurus kedepan, terus menatap daun-daun Momiji yang akan habis karna pergantian musim hampir tiba. Pikirannya terus menerawang mengingat kejadian yang sudah-sudah.

“Apa? Apa yang salah dengan semua ini?”

Bukankah ini bagus? Kau tak perlu lagi merasakan rasa sakit, penderitaan dan penyesalanmu lagi

“Aku tidak mau seperti itu! Hei Chi, siapa namamu sebenarnya?”

Dee, Dee Ensy Stratmitos… kau pasti tau nama itu.

Ulla terdiam dan mencoba mengingat nama Dee, dan yang terlintas dipikirannya adalah Alis Color seorang petugas pengiriman barang yang waktu itu mati dengan mengenaskan dan saat hari itu juga hari dimana kekuatan Ulla lepas kendali, yang membuatnya tidak sengaja membunuh dua orang dan yang ternyata orang itu Alis Color dan Dee Ensy Stratmitos.

Namun Dee terikat oleh kekuatan Ulla dan mencoba menyegel kekuatan Ulla. Dan ternyata berhasil walaupun banyak kelemahan dalam semua itu.

“Apa kau tak apa mati dua kali oleh orang yang sama?”

Pertanyaan yang membuat Dee terdiam dan tidak tau harus menjawab apa.
_..._..._
Normal POV
Pikiran yang menjadi satu dan bercampur aduk dari dua orang yang berbeda membuat Ulla hanya diam menatap daun-daun momiji yang ada dikuil dan tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Ulla...”

Suara yang parau namun masih dapat dikenali membuat Ulla menoleh dan menatap seseorang yang memanggil namanya. Senyuman polos dan manis Ulla berikan ke orang itu, dan rasa bersalah pun muncul di mimik wajah orang itu

“Ada apa Kiriko?”

Seakan tidak ada kesenjangan diantara mereka berdua. Dan Ulla pun juga pura-pura tidak mengetahui apa saja yang para pendeta katakana kepada Kiriko.

“Maaf…”

“Untuk apa?”

“Entahlah… aku hanya ingin minta maaf.”

“Kau tidak salah sama sekali Kiriko, jadi kau tidak perlu minta maaf”

Ulla tersenyum lembut sambil menatap Kiriko, dia tau apa alasan Kiriko minta maaf dan apa yang disembunyikan Kiriko. Tapi bagi Ulla tidak penting untuk meminta Kiriko agar terus menyelamatkannya… ini karma dia dan Ulla harus menerimanya.

“Nee… Kiriko… bila suatu saat nanti aku sudah tiada apa yang akan kau lakukan?”

“Aku akan menunggu sampai takdir mempersatukan kita kembali.”

“Hmm… ya… semoga..”

Malam yang larut dan panjang, bintang-bintang menghiasi langit malam dengan indahnya. Udara malam semakin menyengat tubuh sampai ketulang, Ulla merapatkan tubuhnya ke tubuh Kiriko untuk membuat tubuhnya dan tubuh Kiriko sedikit hangat.
_..._..._
Ulla POV
Sinar matahari pagi yang hangat menyinari pohon-pohon momiji, daun-daun semakin banyak yang berguguran. Aku yang tengah membersihkan halaman belakang kuil terus diawasi oleh para pendeta, aku tahu mengapa aku diawasi. Tapi aku tetap berpura-pura tidak tau dan tersenyum dengan manisnya ke para pendeta yang mengawasiku.

“Ya… aku tau sebentar lagi bukan? Seperti daun-daun momiji ini yang akan hilang berganti dengan salju.”

Kenapa kau diam saja? Kenapa tidak dibunuh saja kakek-kakek tua itu? Kalau pun dimakan juga tidak akan terasa nikmat…

Entah aku harus menjawab apa dari pertanyaan Dee, aku tidak bisa melakukan itu. Aku sudah terlalu banyak menyusahkan mereka, dan tidak mungkin aku melakukan itu.

“Bahkan bila kau memaksa, aku tetap tidak bisa melakukannya walau pun mereka punya niat buruk terhadapku.”

Kenapa? Bukankah mereka berniat membunuhmu!?

“Karena berkat mereka aku bisa merasakan melihat, berbicara tanpa membunuh seseorang… aku senang karena ini impianku sejak aku tau kekuatanku”

Dee terdiam, dia tau seperti apa perasaanku. Bagaimana rasanya bila memiliki kekuatan yang membuat tubuhmu tertutup dari dunia luar dan hanya berada dalam kesunyian tanpa ada yang berani mendekatimu.

Kau akan menyesal Ulla… kau akan menyesal bila tidak membuat mereka semua menderita dan membiarkan mereka yang menyiksamu…

Aku terdiam sambil tersenyum, mataku menatap langit pagi yang cerah, kulanjutkan acara menyapu halaman belakang kuil. Ya… mungkin kelak aku akan menyesal karna sesuatu yang lain didalam diriku terus berusaha menekan Dee agar menguasai tubuh ini lagi, perasaan haus akan darah dan kematian yang baru saja terhenti tiba-tiba bergejolak lagi didalam tubuhku.

Perasaan yang begitu kuat yang terus menguasai pikiran kami.
_..._..._
Normal POV
Langit mulai berubah menjadi merah, para pendeta dan Kiriko terus mendiskusikan tentang Ulla yang tidak ada jalan keluarnya. Semua tetap tenguh dengan ego mereka dan Ulla hanya dapat mendengarkan secara diam-diam.

Haus!! Aku haus!! Tenggorokanku sakit!! Beri aku darah!!

Jantung Ulla berdetak kencang dan tenggorokannya sakit seperti apa yang Dee katakan, Ulla melangkah pelan menjauh dari ruangan rapat para Pendeta dan Kiriko agar tidak ketahuan, namun tubuhnya yang lemah membuatnya menyenggol guci yang ada didekatnya dan menyebabkan suara ribut.

“Siapa disana?!”

Para Pendeta beranjak dari ruangan dan melihat siapa yang membuat suara ribut, mimik wajah mereka berubah saat melihat Ulla, tubuhnya pucat, tatapan mata kosong dengan hasrat membunuh yang kuat membuat para pendeta mencoba mencengah Ulla.

“Ulla!?”

Kiriko kaget saat melihat Ulla yang telah berubah dan amat berbeda dari biasanya, aura yang menyelimuti Ulla lebih kuat dari biasanya, tubuh Ulla benar-benar telah dikuasai bahkan kesadaran Ulla sudah tidak ada sama sekali, yang ada hanya kesadaran Dee dan kekuatan asli Ulla yang telah tersegel.

Darah… berikan aku darah!!

Kiriko tau apa yang dimau Ulla, dan dia menariknya sejauh mungkin dari para pendeta yang terus cekcok satu sama lain untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya.
_..._..._
Normal POV
Malam semakin larut, bulan menghiasi kota Kyoto yang masih diselimuti daun momiji yang bagaikan lautan darah. Di hutan belakang kuil terlihat Kiriko yang berusaha menghentikan Ulla agar tidak pergi keluar dan membunuh lagi.

“Kumohon hentikan… jangan sakiti Ulla lagi”

Urusai!! Yang kubutuhkan hanya darah dan daging manusia!

“Ulla sudah menderita! Jangan buat dia tambah menderita lagi”

Huh… kuharap kau diam saja… jangan menggangguku…

Kiriko terus berusaha menghentikan Ulla tapi kenyataannya gagal, Ulla kabur melewati dinding kuil seperti biasa yang ia lakukan. Kiriko hanya bisa menyesali semuanya dan berusaha mencari Ulla.

“Tidak ada waktu lagi! Aku harus mencarinya dan menghentikannya!!”

Di sisi lain para pendeta terus berdoa untuk keselamatan orang-orang Kyoto dan Ulla, walau mereka ingin membunuh Ulla tapi mereka amat menyayangi Ulla seorang gadis yang sudah mereka anggap keluarga sendiri.
_..._..._
Normal POV
Kyoto memang kota yang ramai, namun hari ini lebih ramai dari biasanya. Suara sirine polisi dan ambulan saling menyauti satu sama lain banyak mayat-mayat yang ditemui dibawah pohon momiji. Setiap mayat menggugurkan satu daun momiji, semakin banyak daun-daun momiji yang berguguran dan semakin banyak pula tangisan yang terdengar, serta jeritan minta tolong.

Masih kurang! Aku butuh lebih banyak lagi!

Perasan yang begitu haus akan darah membuat tubuh Ulla bermandikan cairan pekat itu, setiap inci ditubuhnya tidak ada yang terlewatkan semua berlumuran darah segar dari setiap mayat yang menjadi santapannya.

‘Hentikan.. kumohon…’

Kesadaran Ulla benar-benar sudah tenggelam jauh dalam pikirannya, namun dia terus berusaha untuk menghentikan tubuhnya, yang bisa dia lakukan hanya menangis sambil menatap dirinya yang dikendalikan Dee berbuat begitu kejam.

Di bawah sinar rembulan, di hutan momiji Ulla membawa mayat-mayat korbanya yang masih bisa dibawa kebawah pohon Momiji yang besar, namun daunnya tertinggal satu.Daun yang begitu merah bagaikan darah yang sesungguhnya.

Hahaha… indah bukan!? Inilah kuburan asli kalian!!

Ulla menatap pohon Momiji yang besar sambil tersenyum licik, satu lagi… ya… satu lagi korban yang harus dibunuh… dan mungkin saja setelah itu semua berakhir.

Satu lagi… dan ini akan jadi malam terakhir kita… Ulla…

Mata Ulla yang indah terus menangis sampai darah keluar dari matanya, perih dan menyakitkan itu pasti amat dirasakan hati kecil Ulla, harapannya yang untuk bebas ternyata mimpi yang tidak akan tercapai, dari kejauhan hutan seorang pria berambut biru menatap Ulla dengan kaget, butuh yang amat dikenalnya benar-benar sudah bermandikan darah, sudah terlambat untuk menyelamatkannya.

“Ulla…”

Suara lirih itu membuat Ulla menatapnya dengan senyuman yang tidak pernah ia liat, tidak ada senyuman polos dengan kebahagiaan yang ada hanya senyuman penuh penderitaan dan kebencian akan dunia.

Satu lagi bukan? Dan semua ini akan selesai… rasa sakit dan semuanya…

Ulla berjalan mendekati Kiriko dengan sebuah pisau ditangannya, Kiriko tau apa yang akan dilakukan Ulla. Dia hanya bisa pasrah dan membiarkan Ulla membunuhnya, agar Ulla terlepas dengan semua ini.

‘Larilah! Kumohon Kiriko!!’

Kesadaran Ulla dihati kecilnya mencoba menghentikan tubuhnya agar tidak menyakiti siapa pun lagi, dia tidak mau menyakiti Kiriko dia tidak peduli walau dia harus menanggung semua ini dan hidup dalam penderitaan, yang dia inginkan hanya satu Kiriko selamat dan terus menepati janjinya.

“Sayounara, Kiriko… Daisuki…”

Dengan sedikit kesadarannya yang tertinggal, Ulla mencoba menghentikan Dee yang menggendalikan tubuhnya dan membunuh dirinya sendiri. Mata Kiriko terbelalak saat melihat kejadian itu tepat dihadapannya, Ulla telah tiada begitu pun Dee dan daun terakhir itu juga telah bergugur terbawa angin dan jatuh diatas tubuh Ulla yang telah tersungkur ditanah.

“Ul…Ulla… kenapa…?”

Kiriko memeluk tubuh Ulla yang sudah tidak bernyawa, begitu dingin namun hangat. Kehangatan yang terlukis diwajahnya yang tersenyum tulus tanpa penyesalan, begitu hangat dan menenangkan. Walau Kiriko terus menangis dalam kesunyian hutan momiji, yang mengharapkan semua ini tidak pernah terjadi.

“Maaf… aku tidak bisa menyelamatkanmu… tapi malah kamu yang menyelamatkanku, semoga kau tenang disana Ulla… dan tunggulah aku…”
_..._..._
Normal POV
Langit pagi di Kyoto tidak secerah seperti biasanya, mayat-mayat korban Ulla telah dievakuasi oleh para polisi dan pihak rumah sakit yang berkerja sama. Tidak ada yang tau siapa dalang disemua kejadian ini dan para polisi masih terus menyelidiki dengan harapan yang begitu nihil.

Di kuil tempat Ulla tinggal begitu canggung, semua hanya diam menyesali apa saja yang telah mereka rencanakan untuk menghentikan Ulla. Sudah tidak ada lagi Idol of Murder yang begitu baik dan hangat walau yang dia rasakan hanya kedinginan semua orang, bahkan pohon-pohon momiji di kuil menggugurkan daun-daunya untuk menghiasi makam Ulla yang berada dibawah mereka, begitu indah… dan amat cantik…
_..._..._
Normal POV
Ketenangan sudah didapatkan orang-orang Kyoto setelah kejadian berdarah yang dilakukan Ulla, namun langit Kyoto berkata tidak.Tiba-tiba saja langit itu berubah menjadi merah dan Pohon Momiji yang besar mengeluarkan cahaya-cahaya yang indah, semua mata menatap ke langit menatap keindahan yang belum pernah terjadi. Nyawa-nyawa yang dibunuh Ulla telah tenang dan kembali ke alam seharusnya mereka berada, Kiriko yang melihat kejadian itu hanya bisa diam dan tersenyum disebelah makam Ulla.

“Bukankah mereka sudah rela kau bunuh? Apa kau sudah benar-benar tenang Ulla?”

Langit berubah menjadi cerah kembali setelah cahaya-cahaya yang berterbangan dilangit hilang, sudah tidak ada lagi daun-daun momiji yang menghiasi Kyoto. Salju mulai turun dan akan menyelimuti Kyoto yang akan menjadi putih bersih dan membersihkan warna merah dari kota ini.

Kiriko berdiri dan menatap langit yang sedang menurunkan kristal saljunya, begitu cantik namun tidak secantik daun momiji yang berguguran di musim gugur. Namun, tanpa ia ketahui Ulla memeluknya dari belakang sambil menangis sambil membisikan kata-kata terakhirnya dan menghilang.

“Seharusnya aku yang berterima kasih kepadamu Ulla… karena hanya kau yang ku miliki.”

-The End -


Alice : Huwee QAQ
itu adalah FF buat perlombaanku >3<
aku gak tau bakal menang atau gak dengan FF kaya gitu :v
maklum masih newbie ><)a

Flaky : anno... kami semua berterima kasih buat semua orang yang udah dukung dan ngebantu kelemahan Alice >//w//<

Alice : Hoo QwQ)b
Hontou ni Arigatou :*
#kissu readers and my friends

Flippy : ehem =w="

Alice and Flaky : Are QAQ!?
*kabur

Flipqy : Arigatou Minna-san...~


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Powered by Blogger.

- Copyright © My World - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -