- Back to Home »
- Informasion »
- Anak Sekarang Lebih Cuek dan Egosentris. Mengapa?
Posted by : Unknown
Saturday, 18 October 2014
Anak akan merasa dirugikan dengan hilangnya salah satu orang yang berarti dalam hidupnya akibat perceraian (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat ini, banyak orang tua banyak mengeluhkan anak sekarang lebih cuek, cenderung egosentris, emosional, dan kurang hormat pada orang tua. Anak-anak sekarang juga enggan mengenali budaya sendiri, apalagi bahasa daerah.
Menurut Psikolog Klinis Anak Dr Indria Laksmi Gamayanti, MSi hal ini terjadi karena model pendidikan saat ini berorientasi Barat atau mengikuti trend internasional. Di samping itu, dia menambahkan, dengan model pendidikan yang ada sekarang, orang tua juga sering mengeluhkan dampak negatifnya , misalnya kurikulum terlalu padat dan berat.
Tidak jarang, orang tua ikut sibuk ketika anak ujian atau ada tugas sekolah. Beratnya beban pendidikan yang harus dihadapi, juga membuat anak kelelahan baik secara fisik maupun psikis.
Karena itu, Indria yang juga Ketua Ikatan Psikologi Klinis ini mengatakan, mempersiapkan masa depan bangsa Indonesia sebenarnya bisa dimulai dari bahasa. Jangan ajarkan bahasa asing sejak dini pada anak.
Menurutnya, bahasa bukanlah sekedar alat berkomunikasi. "Bahasa yang diajarkan sejak dini akan ikut membentuk karakter anak seperti pola pikir, pola rasa pola perilaku dari seorang anak,''ungkap Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM ini.
sebetulnya, kata dia, tidak terlalu sulit mengembalikan lagi pelajaran bahasa daerah sesuai dengan wilayah geografisnya. Selain itu bahasa Indonesia yang diajarkan harus digunakan secara aktif mulai dari tingkat TK sampai dengan SD.
"Suku lain yang bertempat tinggal di wilayah tersebut, harus menghormati dan ikut mempelajari dan bahkan menguasai bahasa daerah setempat. Jangan mengajarkan bahasa asing apapun di tingkat TK dan SD," ujarnya.
Menurut Psikolog Klinis Anak Dr Indria Laksmi Gamayanti, MSi hal ini terjadi karena model pendidikan saat ini berorientasi Barat atau mengikuti trend internasional. Di samping itu, dia menambahkan, dengan model pendidikan yang ada sekarang, orang tua juga sering mengeluhkan dampak negatifnya , misalnya kurikulum terlalu padat dan berat.
Tidak jarang, orang tua ikut sibuk ketika anak ujian atau ada tugas sekolah. Beratnya beban pendidikan yang harus dihadapi, juga membuat anak kelelahan baik secara fisik maupun psikis.
Karena itu, Indria yang juga Ketua Ikatan Psikologi Klinis ini mengatakan, mempersiapkan masa depan bangsa Indonesia sebenarnya bisa dimulai dari bahasa. Jangan ajarkan bahasa asing sejak dini pada anak.
Menurutnya, bahasa bukanlah sekedar alat berkomunikasi. "Bahasa yang diajarkan sejak dini akan ikut membentuk karakter anak seperti pola pikir, pola rasa pola perilaku dari seorang anak,''ungkap Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM ini.
sebetulnya, kata dia, tidak terlalu sulit mengembalikan lagi pelajaran bahasa daerah sesuai dengan wilayah geografisnya. Selain itu bahasa Indonesia yang diajarkan harus digunakan secara aktif mulai dari tingkat TK sampai dengan SD.
"Suku lain yang bertempat tinggal di wilayah tersebut, harus menghormati dan ikut mempelajari dan bahkan menguasai bahasa daerah setempat. Jangan mengajarkan bahasa asing apapun di tingkat TK dan SD," ujarnya.
Powered by Blogger.